
Pandemi COVID-19, krisis energi, perang dagang, hingga konflik geopolitik seperti invasi Rusia ke Ukraina telah mengguncang rantai pasok global secara masif. Bagi banyak perusahaan, ini bukan lagi soal efisiensi, tapi soal bertahan hidup. Di sinilah dua pendekatan logistik utama kembali jadi perdebatan panas: Just-In-Time (JIT) versus Just-In-Case (JIC).
Keduanya memiliki tujuan yang sama—menjaga kelancaran aliran barang dan produksi—namun dengan filosofi yang sangat berbeda. Saat dunia memasuki era ketidakpastian yang seolah tak kunjung reda, perusahaan dipaksa mengevaluasi ulang: strategi mana yang lebih tepat?
Just-In-Time adalah strategi produksi dan logistik yang berupaya meminimalkan persediaan dengan cara menerima barang hanya saat dibutuhkan dalam proses produksi. Model ini populer sejak diperkenalkan oleh Toyota di tahun 1970-an, dan sejak itu diadopsi oleh berbagai sektor industri global.
Keunggulan utama JIT:
- Biaya inventori sangat rendah
- Ruang penyimpanan lebih efisien
- Resiko barang usang atau rusak diminimalisir
- Proses lebih ramping dan responsif terhadap permintaan
Namun, di tengah ketidakpastian, JIT menjadi bumerang. Sedikit saja ada gangguan pengiriman atau pasokan bahan baku, seluruh proses bisa terhenti.
Just-In-Case adalah pendekatan konservatif yang mengandalkan penumpukan stok untuk berjaga-jaga terhadap gangguan yang tidak terduga. Selama pandemi, ketika pengiriman internasional melambat dan harga bahan baku melonjak, perusahaan-perusahaan yang menerapkan JIC justru lebih mampu bertahan.
Kelebihan JIC di masa krisis:
- Ketahanan operasional lebih tinggi
- Lebih siap menghadapi lonjakan permintaan atau keterlambatan pasokan
- Mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok global yang rapuh
Namun, biaya penyimpanan meningkat, modal kerja membengkak, dan risiko pemborosan juga tak kecil.
Ironisnya, Toyota yang dikenal sebagai pionir JIT justru menjadi salah satu produsen otomotif yang paling siap menghadapi krisis chip semikonduktor global pada 2021–2022. Mengapa?
Setelah gempa dan tsunami Tohoku 2011 yang menghentikan banyak pabriknya, Toyota diam-diam mulai menyesuaikan pendekatannya. Mereka menyimpan stok chip untuk beberapa bulan ke depan—praktik yang lebih dekat dengan JIC—sekaligus tetap mempertahankan efisiensi ala JIT.
Hasilnya? Saat produsen lain seperti Ford dan GM harus menghentikan produksi, Toyota masih bisa terus memasok pasar global.
Realita bisnis saat ini menuntut strategi yang fleksibel. Banyak perusahaan mulai meninggalkan pendekatan JIT atau JIC secara ekstrem dan memilih strategi hybrid—menggabungkan efisiensi JIT dengan ketahanan JIC.
Contoh:
- Apple mulai menyimpan lebih banyak komponen kritis meskipun masih mengandalkan manufaktur ramping.
- Amazon memperluas gudang regional untuk mendekatkan stok ke pelanggan, sambil tetap menggunakan data real-time untuk mengatur pengiriman.
Pendekatan hybrid ini dikenal juga sebagai “Just-In-Case for critical, Just-In-Time for stable”—di mana perusahaan menyesuaikan pendekatan logistik tergantung tingkat risiko dan stabilitas masing-masing komponen supply chain.
Era globalisasi mengajarkan kita untuk efisien, tapi krisis mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan. Perdebatan Just-In-Time vs Just-In-Case bukan soal siapa yang lebih unggul, melainkan kapan dan bagaimana menggunakannya secara strategis.
Organisasi masa kini perlu memiliki visibilitas data yang kuat, prediksi permintaan yang cerdas, dan kerja sama erat dengan pemasok agar bisa mengatur strategi logistik yang adaptif—bukan kaku pada satu pendekatan saja.
Referensi Ilmiah
- Simchi-Levi, D. (2020). Operations Rules: Delivering Customer Value through Flexible Operations. MIT Press.
- Ivanov, D. (2020). Viable supply chain model: integrating agility, resilience and sustainability perspectives. International Journal of Production Research.
- Dolgui, A., Ivanov, D., & Sokolov, B. (2018). Supply chain design under uncertainty: Just-In-Case vs Just-In-Time. Computers & Industrial Engineering.
- Sheffi, Y. (2022). The New (Ab)Normal: Reshaping Business and Supply Chain Strategy Beyond Covid-19. MIT CTL.
- Christopher, M., & Peck, H. (2004). Building the resilient supply chain. International Journal of Logistics Management.